DENPASAR, Suara Buleleng – Lokakarya kartun dengan tema “Remaja Dalam Globalisasi 2013 digelar di gedung Ksirarnawa – Art Center, Denpasar, Sabtu (28/9). Lokakarya mengambil isu seputar kartun, remaja, bahaya HIV AIDS, permasalahan lingkungan hidup dan cara mengolah sampah plastik menjadi karya seni.
Menghadirkan pembicara seperti Janggo Pramartha, Prof. Dr Mangku Karmaya, Putu Ebo Supardi, dan Made Bayak Mulyana.
Prof. Dr. Mangku Karmaya memasukan isu-isu kesehatan reproduksi dan bahaya remaja terhadap HIV AIDS. Dia menuturkan, beberapa dimensi kesehatan yang sangat perlu dijaga untuk remaja seperti kesehatan fisik, psikologik/mental, sosial, dan spiritual.
Lanjutnya, rentannya remaja dengan pergaulan bebas yang kebablasan juga menjadi sorotannya, ia menilai perilaku bengkung, belog ajum, ampah, campah, gegabah, dan tidak bertanggung jawab berpotensi besar menjerumuskan remaja kedalam permasalahan kompleks seperti HIV AIDS. “Mari jaga kesehatan kita dengan prilaku-prilaku yang tidak merusak diri, hargai diri dan orang lain, control, tahan godaan dan pahami setiap resiko,” himbaunya.
Chif Editor majalah kartun Bali (Bog-Bog) Janggo Pramartha, dalam materinya mengatakan, dengan kartun ia ingin menterjemahkan sesuatu dengan cara yang berbeda akan tetapi goal dan esensinya tepat sasaran. Dia juga berharap agar bisa memberikan kontribusi positif kepada peserta loka karya yang dihadiri pelajar-pelajar SMA. “Kartun bisa memberikan dampak positif terhadap dunia pendidikan,” ungkapnya.
Janggo berpandangan kartun bukan hanya masalah rasa, akan tetapi juga mengandung unsur intelejensi pengamatan terhadap permasalahan lingkungan sosial maupun politik, seperti halnya kemacetan yang sudah digambarkan dengan kartun berpuluh tahun lalu, yang sekarang menjadi jelas dan kian nyata. “Selain rasa, kartun mengandung unsur intelejensi, bagaimana kita bisa memproyeksikan masa depan,” pungkasnya.
Putu Ebo Supardi memaparkan secara kartun sejatinya memiliki visi dan misi mencerdaskan anak bangsa, mengajarkan mereka untuk sensitif dan reaktif terhadap prahara lingkungan sekitar. “Kartun merupakan alat komunikasi efektif, kartun lebih cepat dalam menyampaikan pesan daripada pemberitahuan tertulis, tanpa batasan bahasa, termasuk dalam konteks kritik terhadap eksploitasi lingkungan dan bagaimana cara menyelamatkan lingkungan” paparnya.
Puncaknya adalah aksi lokakarya dari I Made Bayak Mulyana, seniman lukis yang juga gitaris band rock asal Bali ‘GEEKSSMILE’ memberikan pelatihan kepada peserta loka karya tentang cara menanggulangi sampah agar menjadi benda yang bermanfaat terlebih memiliki nilai estetika yang tinggi. “Ada dua sudut pandang tentang sampah, sampah bisa menjadi bencana bisa juga menjadi manfaat,” tandasnya.
Made Bayak menuturkan kegelisahannya terhadap sikap cuek masyarakat terhadap sampah. Sungai, jurang atupun pangkung dinilainya sekarang menjadi tong sampah alami. Ia membayangkan begaimana ngerinya ketika sampah itu menumpuk dan benar-benar menjadi bencana untuk lingkungan. “Agar sampah plastik tidak menjadi bencana, mending kita kumpulkan dan buat kreasi seni,” himbaunya.
Peserta terlihat sangat antusias mengikuti loka karya ini, mereka membuat lukisan dari limbah sampah plastik, nanti karya-karya mereka rencananya akan mereka pajang disekolahnya masing-masing. (Pos Bali)
Menghadirkan pembicara seperti Janggo Pramartha, Prof. Dr Mangku Karmaya, Putu Ebo Supardi, dan Made Bayak Mulyana.
Prof. Dr. Mangku Karmaya memasukan isu-isu kesehatan reproduksi dan bahaya remaja terhadap HIV AIDS. Dia menuturkan, beberapa dimensi kesehatan yang sangat perlu dijaga untuk remaja seperti kesehatan fisik, psikologik/mental, sosial, dan spiritual.
Lanjutnya, rentannya remaja dengan pergaulan bebas yang kebablasan juga menjadi sorotannya, ia menilai perilaku bengkung, belog ajum, ampah, campah, gegabah, dan tidak bertanggung jawab berpotensi besar menjerumuskan remaja kedalam permasalahan kompleks seperti HIV AIDS. “Mari jaga kesehatan kita dengan prilaku-prilaku yang tidak merusak diri, hargai diri dan orang lain, control, tahan godaan dan pahami setiap resiko,” himbaunya.
Chif Editor majalah kartun Bali (Bog-Bog) Janggo Pramartha, dalam materinya mengatakan, dengan kartun ia ingin menterjemahkan sesuatu dengan cara yang berbeda akan tetapi goal dan esensinya tepat sasaran. Dia juga berharap agar bisa memberikan kontribusi positif kepada peserta loka karya yang dihadiri pelajar-pelajar SMA. “Kartun bisa memberikan dampak positif terhadap dunia pendidikan,” ungkapnya.
Janggo berpandangan kartun bukan hanya masalah rasa, akan tetapi juga mengandung unsur intelejensi pengamatan terhadap permasalahan lingkungan sosial maupun politik, seperti halnya kemacetan yang sudah digambarkan dengan kartun berpuluh tahun lalu, yang sekarang menjadi jelas dan kian nyata. “Selain rasa, kartun mengandung unsur intelejensi, bagaimana kita bisa memproyeksikan masa depan,” pungkasnya.
Putu Ebo Supardi memaparkan secara kartun sejatinya memiliki visi dan misi mencerdaskan anak bangsa, mengajarkan mereka untuk sensitif dan reaktif terhadap prahara lingkungan sekitar. “Kartun merupakan alat komunikasi efektif, kartun lebih cepat dalam menyampaikan pesan daripada pemberitahuan tertulis, tanpa batasan bahasa, termasuk dalam konteks kritik terhadap eksploitasi lingkungan dan bagaimana cara menyelamatkan lingkungan” paparnya.
Puncaknya adalah aksi lokakarya dari I Made Bayak Mulyana, seniman lukis yang juga gitaris band rock asal Bali ‘GEEKSSMILE’ memberikan pelatihan kepada peserta loka karya tentang cara menanggulangi sampah agar menjadi benda yang bermanfaat terlebih memiliki nilai estetika yang tinggi. “Ada dua sudut pandang tentang sampah, sampah bisa menjadi bencana bisa juga menjadi manfaat,” tandasnya.
Made Bayak menuturkan kegelisahannya terhadap sikap cuek masyarakat terhadap sampah. Sungai, jurang atupun pangkung dinilainya sekarang menjadi tong sampah alami. Ia membayangkan begaimana ngerinya ketika sampah itu menumpuk dan benar-benar menjadi bencana untuk lingkungan. “Agar sampah plastik tidak menjadi bencana, mending kita kumpulkan dan buat kreasi seni,” himbaunya.
Peserta terlihat sangat antusias mengikuti loka karya ini, mereka membuat lukisan dari limbah sampah plastik, nanti karya-karya mereka rencananya akan mereka pajang disekolahnya masing-masing. (Pos Bali)
Prilaku “Bengkung, Belog Ajum” Jerumuskan Remaja dalam Pergaulan HIV AIDS
Posted by Unknown
No comments
DENPASAR, Suara Buleleng – Lokakarya kartun dengan tema “Remaja Dalam Globalisasi 2013 digelar di gedung Ksirarnawa – Art Center, Denpasar, Sabtu (28/9). Lokakarya mengambil isu seputar kartun, remaja, bahaya HIV AIDS, permasalahan lingkungan hidup dan cara mengolah sampah plastik menjadi karya seni.
Menghadirkan pembicara seperti Janggo Pramartha, Prof. Dr Mangku Karmaya, Putu Ebo Supardi, dan Made Bayak Mulyana.
Prof. Dr. Mangku Karmaya memasukan isu-isu kesehatan reproduksi dan bahaya remaja terhadap HIV AIDS. Dia menuturkan, beberapa dimensi kesehatan yang sangat perlu dijaga untuk remaja seperti kesehatan fisik, psikologik/mental, sosial, dan spiritual.
Lanjutnya, rentannya remaja dengan pergaulan bebas yang kebablasan juga menjadi sorotannya, ia menilai perilaku bengkung, belog ajum, ampah, campah, gegabah, dan tidak bertanggung jawab berpotensi besar menjerumuskan remaja kedalam permasalahan kompleks seperti HIV AIDS. “Mari jaga kesehatan kita dengan prilaku-prilaku yang tidak merusak diri, hargai diri dan orang lain, control, tahan godaan dan pahami setiap resiko,” himbaunya.
Chif Editor majalah kartun Bali (Bog-Bog) Janggo Pramartha, dalam materinya mengatakan, dengan kartun ia ingin menterjemahkan sesuatu dengan cara yang berbeda akan tetapi goal dan esensinya tepat sasaran. Dia juga berharap agar bisa memberikan kontribusi positif kepada peserta loka karya yang dihadiri pelajar-pelajar SMA. “Kartun bisa memberikan dampak positif terhadap dunia pendidikan,” ungkapnya.
Janggo berpandangan kartun bukan hanya masalah rasa, akan tetapi juga mengandung unsur intelejensi pengamatan terhadap permasalahan lingkungan sosial maupun politik, seperti halnya kemacetan yang sudah digambarkan dengan kartun berpuluh tahun lalu, yang sekarang menjadi jelas dan kian nyata. “Selain rasa, kartun mengandung unsur intelejensi, bagaimana kita bisa memproyeksikan masa depan,” pungkasnya.
Putu Ebo Supardi memaparkan secara kartun sejatinya memiliki visi dan misi mencerdaskan anak bangsa, mengajarkan mereka untuk sensitif dan reaktif terhadap prahara lingkungan sekitar. “Kartun merupakan alat komunikasi efektif, kartun lebih cepat dalam menyampaikan pesan daripada pemberitahuan tertulis, tanpa batasan bahasa, termasuk dalam konteks kritik terhadap eksploitasi lingkungan dan bagaimana cara menyelamatkan lingkungan” paparnya.
Puncaknya adalah aksi lokakarya dari I Made Bayak Mulyana, seniman lukis yang juga gitaris band rock asal Bali ‘GEEKSSMILE’ memberikan pelatihan kepada peserta loka karya tentang cara menanggulangi sampah agar menjadi benda yang bermanfaat terlebih memiliki nilai estetika yang tinggi. “Ada dua sudut pandang tentang sampah, sampah bisa menjadi bencana bisa juga menjadi manfaat,” tandasnya.
Made Bayak menuturkan kegelisahannya terhadap sikap cuek masyarakat terhadap sampah. Sungai, jurang atupun pangkung dinilainya sekarang menjadi tong sampah alami. Ia membayangkan begaimana ngerinya ketika sampah itu menumpuk dan benar-benar menjadi bencana untuk lingkungan. “Agar sampah plastik tidak menjadi bencana, mending kita kumpulkan dan buat kreasi seni,” himbaunya.
Peserta terlihat sangat antusias mengikuti loka karya ini, mereka membuat lukisan dari limbah sampah plastik, nanti karya-karya mereka rencananya akan mereka pajang disekolahnya masing-masing. (Pos Bali)
Menghadirkan pembicara seperti Janggo Pramartha, Prof. Dr Mangku Karmaya, Putu Ebo Supardi, dan Made Bayak Mulyana.
Prof. Dr. Mangku Karmaya memasukan isu-isu kesehatan reproduksi dan bahaya remaja terhadap HIV AIDS. Dia menuturkan, beberapa dimensi kesehatan yang sangat perlu dijaga untuk remaja seperti kesehatan fisik, psikologik/mental, sosial, dan spiritual.
Lanjutnya, rentannya remaja dengan pergaulan bebas yang kebablasan juga menjadi sorotannya, ia menilai perilaku bengkung, belog ajum, ampah, campah, gegabah, dan tidak bertanggung jawab berpotensi besar menjerumuskan remaja kedalam permasalahan kompleks seperti HIV AIDS. “Mari jaga kesehatan kita dengan prilaku-prilaku yang tidak merusak diri, hargai diri dan orang lain, control, tahan godaan dan pahami setiap resiko,” himbaunya.
Chif Editor majalah kartun Bali (Bog-Bog) Janggo Pramartha, dalam materinya mengatakan, dengan kartun ia ingin menterjemahkan sesuatu dengan cara yang berbeda akan tetapi goal dan esensinya tepat sasaran. Dia juga berharap agar bisa memberikan kontribusi positif kepada peserta loka karya yang dihadiri pelajar-pelajar SMA. “Kartun bisa memberikan dampak positif terhadap dunia pendidikan,” ungkapnya.
Janggo berpandangan kartun bukan hanya masalah rasa, akan tetapi juga mengandung unsur intelejensi pengamatan terhadap permasalahan lingkungan sosial maupun politik, seperti halnya kemacetan yang sudah digambarkan dengan kartun berpuluh tahun lalu, yang sekarang menjadi jelas dan kian nyata. “Selain rasa, kartun mengandung unsur intelejensi, bagaimana kita bisa memproyeksikan masa depan,” pungkasnya.
Putu Ebo Supardi memaparkan secara kartun sejatinya memiliki visi dan misi mencerdaskan anak bangsa, mengajarkan mereka untuk sensitif dan reaktif terhadap prahara lingkungan sekitar. “Kartun merupakan alat komunikasi efektif, kartun lebih cepat dalam menyampaikan pesan daripada pemberitahuan tertulis, tanpa batasan bahasa, termasuk dalam konteks kritik terhadap eksploitasi lingkungan dan bagaimana cara menyelamatkan lingkungan” paparnya.
Puncaknya adalah aksi lokakarya dari I Made Bayak Mulyana, seniman lukis yang juga gitaris band rock asal Bali ‘GEEKSSMILE’ memberikan pelatihan kepada peserta loka karya tentang cara menanggulangi sampah agar menjadi benda yang bermanfaat terlebih memiliki nilai estetika yang tinggi. “Ada dua sudut pandang tentang sampah, sampah bisa menjadi bencana bisa juga menjadi manfaat,” tandasnya.
Made Bayak menuturkan kegelisahannya terhadap sikap cuek masyarakat terhadap sampah. Sungai, jurang atupun pangkung dinilainya sekarang menjadi tong sampah alami. Ia membayangkan begaimana ngerinya ketika sampah itu menumpuk dan benar-benar menjadi bencana untuk lingkungan. “Agar sampah plastik tidak menjadi bencana, mending kita kumpulkan dan buat kreasi seni,” himbaunya.
Peserta terlihat sangat antusias mengikuti loka karya ini, mereka membuat lukisan dari limbah sampah plastik, nanti karya-karya mereka rencananya akan mereka pajang disekolahnya masing-masing. (Pos Bali)












.jpg)




.jpg)














0 komentar: